Home
     Kontak
     Buku Tamu
     Tentang Kamen Rider
     Opini
     => Opini 1
     => Opini 2
     => Opini 3
     => Opini4
     => Opini5
     => Opini 6
     => Opini 7
     Lirik Lagu
     Counter
     Aksesoris
     Koleksi
     Galery Photo
     Video

Copyright 2008, Design Web By The Bixoe


Kamen Rider Jagoanku - Opini 7


 Opini Tentang Kamen Rider The First

 

 

 

Dunia saat itu dikejutkan dengan berita kalau Kamen Rider original akan dibuat remake-nya. Seperti impian menjadi kenyataan untuk melihat kembali Hongo Takeshi dan Ichimonji Hayato beraksi kembali memberantas tirani dan ancaman dari organisasi rahasia bernama Shocker. Tetapi setelah dirilis, alangkah mengecewakannya movie yang satu ini. Entah kenapa movie ini sepertinya setengah-setengah dalam memperlihatkan apa yang dimilikinya.

Adegan pembukanya sangat menarik, mengingatkan kita pada ulah Shocker yang persis seperti TV series-nya di tahun 1971. Monster laba-laba (atau orang bertopeng laba-laba?) menjebak mangsanya dalam mobil dengan jaring mautnya. Untuk yang satu ini seolah-olah penonton akan dibawa oleh alur cerita yang twisted dan kelam, jauh dari nuansa yang sama seperti TV series-nya.

Selanjutnya memang sedikit absurd, sepertinya film ini sudah ketahuan alur ceritanya bakal berbau romantisme yang sayangnya terlalu berlebihan, dan secara keseluruhan itu sangat merusak kekuatan film ini. Memang, film ini menawarkan suasana yang kelam, jauh dari nuansa ceria. Tetapi suasana kelam ini terlihat janggal sekali bila menyimak lebih jauh kisah percintaan segitiga antara Asuka, Honggo, dan Hayato yang malah terlihat kekanak-kanakan. Parahnya, justru kisah percintaan ini merusak pencitraan karakter asli dari seorang Honggo dan Hayato. Bagaimana mungkin mereka berdua mau saja bertarung demi wanita. Honggo Takeshi yang aslinya sangat berwibawa dan bertarung melawan Shocker demi membela kebenaran, dirubah menjadi pria minder yang tidak punya arah mau bagaimana. Ichimonji Hayato-pun bernasib sama, malah lebih parah lagi, tukang gombal amatiran yang berpikiran sempit demi wanita. Apalagi karakter Asuka, sebegitu rendahkah posisi wanita sebagai sumber malapetaka bagi mereka berdua? Dalam sudut pandang feminis, hal seperti ini pastilah dicerca habis-habisan.

Baik Honggo maupun Hayato selalu saja bernasib sial, selalu bertarung satu sama lain, menjadi naif, semua disebabkan oleh Asuka. Wanita yang kelihatannya punya pendirian kuat, justru lemah dan membingungkan. Yang lucu, setiap dikejar monster pasti kena hantam ke tanah dan pingsan terus. Lalu mudah saja jatuh cinta pada Rider yang tidak jelas entah datang dari mana, ekspresinya terlalu datar saat mengetahui kalau Rider yang dicintainya itu adalah Honggo Takeshi yang dituduhnya membunuh tunangannya, Katsuhiko. Heran sekali, karena wanita ini membuat Rider siap mati demi dia tetapi tidak lagi peduli dengan 'melindungi umat manusia'. Karena wanita ini, Rider jadi kehilangan arah tujuan sebagai 'Champion of Justice'. Rider di film ini menjadi Rider yang posesif dan melupakan jati dirinya sebagai harapan manusia melawan tirani. Singkatnya, Rider bertarung demi wanita, bukan demi umat manusia.

Pun dari segi alur cerita secara keseluruhan, terutama untuk penggemar Kamen Rider sendiri, patut dipertanyakan kepada pembuat skenario perihal keaslian ataupun keoriginalitasan cerita yang sebelumnya sudah apik dalam TV series-nya. Kenapa struktur yang sudah ada diputar balikkan menjadi sesuatu yang benar-benar kacau? Contoh kasarnya saat Honggo sadar pada dirinya ketika salju turun, yang mengingatkannya pada penelitiannya. Untuk ukuran logika, adegan ini sangat aneh dan terlihat tergesa-gesa. Kadang adegan-adegan dalam film tersebut terkesan berjalan lamban (seperti plot dua pasien rumah sakit yang nantinya direkrut menjadi anggota Shocker), kadang malah terlalu cepat (seperti adegan pertarungan terakhir di markas Shocker yang kelihatan mengejar durasi).

Yang cukup menganggu dalam film ini juga adalah masalah setting. Sepertinya film ini sangat gagal menjelaskan dimana posisi setting cerita yang sebenarnya. Entah salah lokasi, kostum, atau para pemeran itu sendiri. Kadang diperlihatkan nuansa era '70-an lewat pakaian yang sering dikenakan oleh Hayato. Namun nuansa tadi hilang justru oleh wajah Hassei Takano yang sangat ke-2000-an. Wajah-wajah pemeran film ini tidak cocok untuk film yang ingin memperlihatkan nuansa '70-an tersebut. Mungkin yang paling timpang sekali saat diperlihatkan ketiga petinggi Shocker, dimana diperlihatkan tipikal bosa Shocker yang asli ditengah yang bernuansa '70-an itu justru diapit oleh cowok dan cewek yang mewakili manusia-manusia era hip-hop dan gothic generasi 2000. Penonton yang awas dengan masalah setting ini, mungkin akan bertanya-tanya perihal ketidak-konstanan film. Kenapa bila ingin mempertahankan nuansa '70-an tadi yang persis seperti TV series yang diperlihatkan justru kostum Rider dan Shocker yang sangat modern, sementara pola ceritanya bertolak belakang dengan itu.

Bagi fans berat Kamen Rider, kesalahan fatal yang paling diprotes tentu saja masalah henshin pose yang (terpaksa) ditiadakan demi masalah logika. Fans hanya diperlihatkan pose tersebut saat dua Rider tersebut terkepung dan siap meladeni kroco-kroco Shocker yang kali ini terlihat lebih aneh dibandingkan aslinya di TV series. Dihilangkannya henshin pose ini justru dijawab dengan cara berubah yang sangat 'old-school' tetapi membuat fans Kamen Rider balik bertanya lagi, "untuk apa dihilangkan?" Entah darimana datangnya topeng (atau helm?) dan penutup mulut yang dipakai bila sabuk Rider diaktifkan. Cara berubah Rider di film ini memang masih wajar, tetapi jauh lebih mengecewakan. Henshin Kamen Rider X masih lebih baik dari yang ini. Toh seharusnya henshin pose harus tetap diperlihatkan, biarpun harus minimalis (ala Inui Takumi saat henshin jadi Faiz), karena bagaimanapun juga henshin pose merupakan 'signature move' wajib yang ironisnya diperkenalkan pertama kali oleh Ichimonji Hayato di TV series. Tidak akan menjadi masalah serius seandainya henshin pose tetap ada meskipun sedikit dirombak bila tetap ingin mempertahankan unsur rasionalitas dan logika dalam film ini.

Organisasi Shocker mungkin bernasib sial dalam film ini. Organisasi yang sangat hebat menjaga kerahasiaannya dan sangat kejam sepertinya kehilangan tujuan dalam film ini. Shocker yang aslinya ingin menguasai dunia dengan segala cara, dalam film ini 'hanya' bertujuan untuk menghancurkan keindahan. Memang unsur simbolisme mengenai ini sangat bagus, dimana 'keindahan' ini disimbolisasikan lewat 'inochi' (kehidupan manusia), dan setiap akan membunuh mangsanya, monster selalu membawa bunga yang mewakili keindahan tadi. Tapi sayangnya, Shocker jadi kehilangan keganasannya yang padahal sudah sangat bagus diperlihatkan di awal cerita.

Berbicara masalah aksi, lain lagi ceritanya. Acungan jempol pantas diberikan pada film ini. Sangat menjunjung nama 'Rider', terutama saat bertarung diatas motor. Setiap adegan pertarungan dibuat dengan tidak percuma, malah sangat bagus. Memang seperti ini Kamen Rider seharusnya bertarung. Tapi yang cukup mengganggu sekali ada pada pertarungan terakhirnya. Bagi fans tokusatsu yang jeli, koreografi pertarungannya 'sangat mirip' dengan Power Rangers, lengkap dengan unsur terbang gerak lambat ala Matrix yang sudah sangat jamak dipakai di berbagai film action. Hal tersebut tidak menjadi masalah karena style pertarungan seperti ini memang seharusnya ada. Bukankah tidak ada yang benar-benar orisinal, semuanya pasti berhubungan dengan masalah intertekstualitas. Hanya saja yang cukup disayangkan lagi, adegan pertarungan terakhir yang bagus itu terlihat tergesa-gesa, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, mungkin mengejar durasi barangkali.

Yang menjadi daya tarik utama film ini pastilah desain kostumnya yang sangat keren dan terkesan realistis. Siapapun pasti akan setuju dengan desain ini, meskipun leher manusia tidak ditutupi demi mempertahankan tema 'Kamen'.

Yang patut dipuji juga (atau mungkin dicela barangkali) adalah mengenai tema 'Kamen' yang benar-benar mengusung 'ketopengan' dan menjadi salah satu aspek utama yang ditonjolkan oleh film ini. Baik Rider maupun Kaijin-nya hanya perlu memasang topeng untuk menguatkan tema ini. Memang akibat tema 'Kamen' ini, henshin pose terpaksa dikorbankan.

Akting para pemerannya tidak terlalu menonjol, cenderung menuruti skenario dengan tampilan emosi yang apa adanya. Mengusung wajah-wajah ganteng era 2000-an, kelihatan kalau segmentasi film ini bukan pada penggemar veteran Kamen Rider. Apalagi semua itu terbukti dengan betapa tidak pentingnya karakter Tachibana Tobei yang hadir kurang dari 5 menit (padahal diperankan oleh Hiroshi Miyauchi, sang aktor tokusatsu legendaris).

Fans Kamen Rider boleh jadi kecewa berat dengan karakterisasi, alur cerita, setting, maupun tema yang semuanya terlihat berantakan dimana-mana dalam film ini. Unsur-unsur fiksi yang sangat penting ini benar-benar diabaikan sekali. Karena itulah film ini dianggap setengah-setengah dalam menyampaikan maksudnya. Kisah cinta yang terlalu berlebihan dan merusak struktur orisinil Kamen Rider boleh jadi menjadi penyebab utama mengapa film ini sangat mengecewakan. Kalaupun ingin membentuk perspektif baru dalam tokusatsu, mengapa 'duo phenomenon' Kamen Rider Ichigo dan Nigo menjadi korban? Alangkah bagusnya apabila dibuat Kamen Rider tersendiri, lepas dari unsur original Kamen Rider. Fans akan menuntut apabila sebuah film dikait-kaitkan dengan sesuatu yang sudah pernah eksis dahulunya, sebagai bentuk penghormatan ataupun penghargaan. Bukankah mereka bisa belajar dari Ultraman Tiga yang lepas dari unsur Ultraman original, tapi kisah cintanya antara Daigo dan Rena tetap menarik sampai-sampai dibuat ending khusus lewat movie The Final Odyssey.

Sebagai hiburan, film ini sudah cukup baik. Hanya saja ketidak-konsistenannya membuat film ini menjadi berantakan dan mengecewakan bagi fans tokusatsu yang benar-benar mengharapkan aksi sesungguhnya dari Honggo Takeshi dan Ichimonji Hayato yang bertarung demi keadilan dan memberantas tirani Shocker tanpa harus dilihat dari perspektif naif dan sempit.

Anda Pengunjung Ke : 399243 visitors (1312373 hits) Di halaman ini!

Google





This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free